Jumat, 15 Agustus 2008

Ini kan tanggung jawab bersama..

Ada berita yang lumayan mencuri perhatian pas aku baca Republika edisi Rabu, 6 Agustus 2008. Berita dengan judul ‘kaum adam penyebab baby boom 2’. Indonesia pernah mengalami baby boom beberapa puluh tahun lalu yang kemudian bisa ‘ditanggulangi’ dengan program KB. Keberhasilan program KB sendiri sering dianggap sebagai bukti keberhasilan pembangunan Era Soeharto (tapi dosenku pernah menyampaikan di kelas kalau program itu bisa berhasil soalnya banyak rakyat kecil yang di-intimidasi segitu rupanya supaya berpartisipasi aktif dalam program dua anak cukup).

Anyway, yang menarik dari artikel di republika tadi itu adalah, dalam waktu 7 tahun lagi, dikhawatirkan akan terjadi baby boom2 (yah, 7 tahun lagi bukannya waktu produktif kita buat punya anak? Wah…gawat aja nih). Menurut BKKBN, kaum adam pantas dipersalahkan karena TERNYATA buu, keikutsertaan laki2 dalam program KB hanya mencapai 1,5 persen. Dalam artian, secara tidak langsung, tanggung jawab perempuan-lah untuk menjaga keseimbangan angka kelahiran. Kenapa sampai ada angka yang luar biasa timpang begitu, Stigma masyarakat jelas bermain (and of course, that damn patriarchy system). Tapi rendahnya partisipasi laki2 dalam rogram KB juga harus disikapi dengan benar. Ya gimana mau aktif kalau jumlah alat kontrasepsi –nya saja sangat terbatas. Belum lagi penyuluhan tentang KB yang lebih ditargetkan kepada kaum ibu. Padahal kan urusan tentang anak dan segala tetek bengeknya harusnya melibatkan kedua orang tua.

Urusan tentang KB sendiri lumayan menjadi kontroversi ya kayaknya? I mean, ada beberapa yang menolak dengan pertimbangan agama dan sebagainya. Tenang, itu tidak akan dibahas disini dan memang bukan aku yang cukup kompeten untuk membahasnya. Tapi yang jelas, urusan kelahiran dan sebagainya itu implikasi-nya sangat besar lo sama kualitas generasi mendatang. Jadi menurutku, lepas dari boleh tidaknya kita membatasi jumlah anak, yang jelas kita harus tetap menempatkan life quality sebagai prioritas. Kalau dengan alasan tertentu, beberapa dari kita memutuskan punya anak sebanyak mungkin tetapi tanpa didukung kemampuan dan manajemen perhatian yang jitu, apa ya berefek positif ke anak? Menurutku, semua tetap pakai syarat dan ketentuan berlaku (emang provider GSM aja yang bisa pake syarat dan ketentuan berlaku? Urusan anak juga loo :D)

2 komentar:

Unknown mengatakan...

sebelum membaca lebih jauh ijinkan saya mengucapkan :
salam kenal tuk Rakhma

Luf mengatakan...

salam kenal juga mas yang pernah ditaksir sama tante2, hehehe