Rabu, 25 Maret 2009

Wahyu, Bukan Ani

Berada di depan monitor untuk waktu yang lama bisa menimbulkan berbagai komplikasi. Mulai dari mata jereng, leher pegal, sampai gangguan pendengaran dan otak yang lemot. Reporter Radar Jogja sudah membuktikan.

Ruang redaksi, Rabu malam (25/3). Mendekati deadline, sikap dan pendengaran para reporter makin ngga jelas.

aku: ini wahyu rohyati siapa sih? emang aku punya temen namanya wahyu rohyati ya?
(sambil liat facebook. BOOO...katanya deadline??!!)

yogist (temen wartawan. ngetik disebelahku dengan tampang stres. rambu amburadul. muka berminyak): ANI ROHYATI AJA NGGAK TAU... ITU LHO JEEENG..KETUA KPU DIJ. mbok ya... baca gitu lho berita pemilu. malu-maluin banget ani rohyati aja ngga tau

aku: BIASA AJA NAPE SI LO? lagian siapa sih yang ngomong ANI ROHYATI?? aku bilang WAHYU ROHYATI YA, TEMENKU DI FACEBOOK!

yogist: OH...aku kirain.. hehehe

aku: KUPING ya tolong!

beberapa saat sebelumnya

pimred: iya, mereka udah akad di kemarin
aku: iya, Noe sama istrinya kan?

pimred bercakap2 dengan teman lain. saya yang cuma denger selewatan aja menangkap kata "LAMPUNG".

aku: IIIHH..PAK, MEREKA ITU AKADNYA BUKAN DI LAMPUNG LAGI

pimred: YANG NGOMONG AKADNYA DILAMPUNG ITU SIAPA? wong aku bilang IBUNYA NOE ada di Lampung!

aku: oohhh..

yogist: TOLONG YA ITU KUPING....

cheers,
Luf

Minggu, 22 Maret 2009

Cerita secuil roti

Sejak saya jadi wartawan, setiap hari adalah hari yang exciting. Soalnya orang yang akan saya temui beda-beda. Everyday has new stories. Beberapa di antaranya adalah hal yang benar-benar konyol. Tapi tetap menyenangkan, hehe…

Satu hari, saya menjenguk, I mean, liputan salah satu pejabat yang sedang dirawat di rumah sakit. Saking banyaknya yang datang, keluarga sang pejabat sampai meletakkan buku tamu di depan kamar. Jadi, bisa diketahui siapa saja yang menjenguk beliau.

Bapak satu ini memang orang tenar, so, yang jenguk pasti bawain macem2 makanan. Saat menunggu istri pejabat ini menemui kita, saya iseng2 ngitung berapa keranjang buah, kue dan bunga yang ada di ruang VVIP itu.

Belum selesai menghitung, istri sang pejabat menemui kita. Sambil ngobrol2 santai, beliau menawarkan, tepatnya memaksa, kita (empat wartawan dari empat media berbeda) mengambil kue di atas meja.

Oke, akhirnya kita masing2 ambil satu. Saya ngambil roti lonjong yang atasnya ada kejunya. Asumsinya, dalemnya keju juga ya (atau paling tidak, coklat atau pisang). Begitu cuilan pertama saya makan, wuhhh..ternyata isinya daging bo!

Harap diketahui, saya tidak pernah suka roti isi daging. Perpaduan roti dan daging seringnya menghasilkan sensasi tidak menyenangkan di mulut saya. Belum lagi saya sering parno kalau makan roti daging (ini daging apa ya? Beneran halal dan sehat kan? Ahaha.. meskipun itu roti bermerk terkenal, tetep aja parno).

Karena tidak suka, saya urung menghabiskan itu roti. Sisa roti saya taruh di dekat meja lampu. Nggak ada yang memperhatikan. Aman, pikir saya.

Setelah selasai ngobrol2 dengan sang nyonya kamar (beliau ini orangnya ramah sekali), kita pamit. Sampai di pintu, sang nyonya dengan ramah dan lantangnya berteriak

“LOO..INI KUENYA SAPA HAYO YANG BELUM HABIIISS. KOK CUMA DICUIL-CUIL GINI. NGGAK BOLEH LO”

S.i.a.l.. ketahuan

Si ibu dengan semangatnya mengacung-acungkan kue GUE yang sudah dicuil ujungnya -mengacungkan dalam arti sebenarnya lho. ke udara gitu. o-em-ji- ke SEMUA orang di ruangan itu (empat wartawan, dua kerabat, satu asisten, satu ajudan, dan sang nyonya rumah sendiri)

Wartawan satu: bukan punya saya bu
Wartawan dua: saya nggak loh bu (sambil geleng2)
Wartawan tiga: … (nggak ngomong apa-apa, tapi nunjukin plastic rotinya sebagai bukti)
Wartawan empat, a.k.a GUE: eh, uhm… pu nya s a y a… aduh, lupa tadi belum dihabiskan.
Nyonya kamar: (senyum manis) NDUK CAH AYU, MAKAN YANG BANYAK. JANGAN DISISAIN YA….

Setelah upacara serah terima roti cuilan yang memalukan itu, temen-temen sibuk tertawa heboh.

Dan insiden roti itu ditutup dengan tips n trik teman saya (yang menurutnya jitu).
“Kalau mau ngumpetin barang, taruh di BAWAH KURSI AJA. Paling juga ketahuan sama OB”
Oh, baiklah….. besok2 saya coba. Siapa tahu beruntung..

Cheers,

Luf

Minggu, 08 Maret 2009

Iga Mawarni dan Pemuja Setianya

Hari ini meliput seminar international women’s day. Terbiasa datang ke suatu seminar sendirian, saya jadi suka mendengarkan omongan orang2 yang duduk di dekat saya.

Siang itu, seorang pria di belakang saya sedang sibuk mengagumi iga mawarni yang datang sebagai bintang tamu. Dari apa yang dia bilang, sepertinya dia memang fans beratnya mbak iga ini. Nggak nyalahin sih, dia itu CANTIK banget loh. Kalem gitu, pake bajunya sopan. Ayu deh pokok’e..

Pria itu mungkin fans nomer satu iga mawarni. Tapi, tetap saja. Fans sejati belum tentu bisa dipegang validitasnya menyampaikan informasi.

Pria Pemuja Iga (PPI): “Si Iga itu, ya ampun,, keren banget ya. Aku seneng banget deh dia gabung di TIGA DIVA. Jadi bisa lihat dia lebih sering. Biar bisa gabung sama grup itu, Nina Tamam sampe keluar dari the groove loh”

Teman Pria Pemuja Iga (TPPI): ooohh.. I see

(note: grup yang dia bikin itu namanya LIMA WANITA. Dan Nina Tamam bukan dari The Groove. Dia dari WARNA. yang mantan vokalis the groove itu Rieke Ruslan)

PPI: “Liat deh, alus banget kan gayanya? Orang Solo gitu loh”

TPPI: “Pantes….. emang ayu gitu ya gayanya?”

(note: Iga mawarni lahir di BOGOR ya. Plis deh. Emang orang Solo aja yang bisa alus. SARA banget ya?

Jadi begitu, ini tidak bermaksud mendiskreditkan siapapun sih. Cuma lucu aja dengernya. Buat PPI, saya salut melihat kecintaan anda yang begitu besar. Tapi mm…lain kali, mungkin, infonya bisa lebih valid?

Cheers,
Luf