Minggu, 22 Maret 2009

Cerita secuil roti

Sejak saya jadi wartawan, setiap hari adalah hari yang exciting. Soalnya orang yang akan saya temui beda-beda. Everyday has new stories. Beberapa di antaranya adalah hal yang benar-benar konyol. Tapi tetap menyenangkan, hehe…

Satu hari, saya menjenguk, I mean, liputan salah satu pejabat yang sedang dirawat di rumah sakit. Saking banyaknya yang datang, keluarga sang pejabat sampai meletakkan buku tamu di depan kamar. Jadi, bisa diketahui siapa saja yang menjenguk beliau.

Bapak satu ini memang orang tenar, so, yang jenguk pasti bawain macem2 makanan. Saat menunggu istri pejabat ini menemui kita, saya iseng2 ngitung berapa keranjang buah, kue dan bunga yang ada di ruang VVIP itu.

Belum selesai menghitung, istri sang pejabat menemui kita. Sambil ngobrol2 santai, beliau menawarkan, tepatnya memaksa, kita (empat wartawan dari empat media berbeda) mengambil kue di atas meja.

Oke, akhirnya kita masing2 ambil satu. Saya ngambil roti lonjong yang atasnya ada kejunya. Asumsinya, dalemnya keju juga ya (atau paling tidak, coklat atau pisang). Begitu cuilan pertama saya makan, wuhhh..ternyata isinya daging bo!

Harap diketahui, saya tidak pernah suka roti isi daging. Perpaduan roti dan daging seringnya menghasilkan sensasi tidak menyenangkan di mulut saya. Belum lagi saya sering parno kalau makan roti daging (ini daging apa ya? Beneran halal dan sehat kan? Ahaha.. meskipun itu roti bermerk terkenal, tetep aja parno).

Karena tidak suka, saya urung menghabiskan itu roti. Sisa roti saya taruh di dekat meja lampu. Nggak ada yang memperhatikan. Aman, pikir saya.

Setelah selasai ngobrol2 dengan sang nyonya kamar (beliau ini orangnya ramah sekali), kita pamit. Sampai di pintu, sang nyonya dengan ramah dan lantangnya berteriak

“LOO..INI KUENYA SAPA HAYO YANG BELUM HABIIISS. KOK CUMA DICUIL-CUIL GINI. NGGAK BOLEH LO”

S.i.a.l.. ketahuan

Si ibu dengan semangatnya mengacung-acungkan kue GUE yang sudah dicuil ujungnya -mengacungkan dalam arti sebenarnya lho. ke udara gitu. o-em-ji- ke SEMUA orang di ruangan itu (empat wartawan, dua kerabat, satu asisten, satu ajudan, dan sang nyonya rumah sendiri)

Wartawan satu: bukan punya saya bu
Wartawan dua: saya nggak loh bu (sambil geleng2)
Wartawan tiga: … (nggak ngomong apa-apa, tapi nunjukin plastic rotinya sebagai bukti)
Wartawan empat, a.k.a GUE: eh, uhm… pu nya s a y a… aduh, lupa tadi belum dihabiskan.
Nyonya kamar: (senyum manis) NDUK CAH AYU, MAKAN YANG BANYAK. JANGAN DISISAIN YA….

Setelah upacara serah terima roti cuilan yang memalukan itu, temen-temen sibuk tertawa heboh.

Dan insiden roti itu ditutup dengan tips n trik teman saya (yang menurutnya jitu).
“Kalau mau ngumpetin barang, taruh di BAWAH KURSI AJA. Paling juga ketahuan sama OB”
Oh, baiklah….. besok2 saya coba. Siapa tahu beruntung..

Cheers,

Luf

5 komentar:

Anonim mengatakan...

masa sih gak bisa makan roti panjang isi daging?...

uenakk lho..

Anonim mengatakan...

@ abdee

maksud lo??!

by: blogowner

Muzda mengatakan...

Sama Mbak, saya juga gak suka daging, daging berkaki empat dengan segala olahannya..
Sering juga tu ada di pengalaman kaya Mbak, gak enak gak ngabisin :D

Salam kenal yah ..

galuh mengatakan...

hahahaha... memalukan

Anonim mengatakan...

Hehe, lucu mbak.
Dinamika profesi :))

Salam kenal ya.